Bagaimana Start Up di Indonesia Kedepannya bagi Para Pencari Kerja?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,01% dari tahun ke tahun (year on year/yoy). Investasi ke startup pun melonjak dua kali lipat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut juga seiring dengan melonjaknya investasi ke perusahaan rintisan. Berdasarkan data dari DSInnovate DailySocial, ada 76 pendanaan ke startup Tanah Air yang diumumkan ke publik pada kuartal pertama tahun ini. Dari 50 pendanaan yang menyebutkan nominal, total investasinya US$ 1,22 miliar atau Rp 17,7 triliun. Angka ini meningkat dua kali lipat dibandingkan kuartal I 2021 40 pendanaan.
Perkembangan startup di Indonesia yang pesat juga menjadi salah satu faktor tingginya permintaan akan talenta-talenta digital di bidang ini. Karenanya, optimalisasi penyediaan SDM berkualitas diperlukan karena berkaitan dengan peningkatan daya saing di Tanah Air. Setidaknya ada tujuh startup di Indonesia telah melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK tahun ini.
Sedangkan ketersediaan talenta digital tidak sebanding dengan kebutuhan. Berdasarkan riset McKinsey dan Bank Dunia, Indonesia membutuhkan sekitar sembilan juta talenta digital selama 2015 hingga 2030. Itu artinya, ada kebutuhan 600 ribu tenaga ahli di bidang siber per tahun. Namun hanya 20% dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki program studi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Riset Amazon Web Services (AWS) dan AlphaBeta juga menunjukkan, hanya 19% dari seluruh angkatan kerja di Indonesia yang mempunyai keahlian di bidang digital. Padahal, Nusantara butuh 110 juta talenta digital baru untuk mendukung ekonomi pada 2025.
Lalu, mengapa startup Indonesia marak melakukan PHK tahun ini? Dari ketujuh perusahaan rintisan yang memangkas jumlah pegawai, rerata diuntungkan saat pandemi corona. “Mereka sebelumnya merekrut, karena kebutuhannya banyak saat itu (awal pandemi corona). Ketika ternyata pandemi berhasil ditangani, yang terjadi adalah surplus orang,” ujar Chief People Officer Tiket.com Dudi Arisandi dalam acara Talk 2 Talk, akhir bulan lalu (29/5). Untuk menghindari kebangkrutan, startup mendorong efisiensi dan profitabilitas. “Dari sisi Human Resources (HR), pada akhirnya yang paling mudah, barangkali untuk diselesaikan, ya orang. Maka, upaya pertama yang bisa dilakukan ya efisiensi dengan pengurangan orang,” ujarnya.