Branding produk merupakan usaha pemberian identitas pada sebuah produk yang mampu mempengaruhi konsumen untuk memilih produk tersebut dibandingkan produk pesaing lainnya.
Proses branding bukan sekadar membesarkan merek produk saja. Namun semuanya yang berkaitan dengan hal-hal yang kasat mata dari sebuah produk. Mulai dari logo, ciri visual, citra, kredibilitas, karakter, kesan, persepsi, dan anggapan yang ada di benak konsumen produk tersebut.
Branding produk yang dilakukan secara benar akan membantu membangun kepercayaan konsumen sehingga mereka akan menggunakan dan bertahan pada suatu produk. Sebaliknya, jika kegiatan branding produk dilakukan secara tidak profesional maka dapat memberikan dampak negatif pada perusahaan.
- Memilih Nama Secara Sembaranga
Proses branding produk telah dimulai sejak pemilik bisnis menentukan merek untuk bisnisnya. Pemilik bisnis terkadang menganggap sepele proses ini dan cenderung melakukannya dengan sembarangan.
Padahal ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Karena merek akan selalu ada di setiap produk, dokumen, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan bisnis.
Sebaiknya lakukan riset pasar terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang ada di dalam pikiran dan apa yang diinginkan oleh calon konsumen.
Sebagai pertimbangan, Anda dapat memilih nama merek yang sederhana, lugas dan tidak terlalu spesifik. Nama yang sederhana dan lugas membuat calon konsumen lebih mudah mengingat sebuah merek.
2. Penggunaan Media Sosial Yang Tidak Tepat
Data dari “Digital Around The World 2019”, menyatakan bahwa dari total 268 juta penduduk Indonesia, ada lebih dari 150 juta orang yang menggunakan media sosial. Dan mereka menghabiskan waktu rata-rata 3 jam 26 menit setiap harinya mengakses media sosial untuk tujuan apapun.
Namun dengan potensi media sosial yang sangat besar ini, masih ada saja pebisnis yang tidak memanfaatkannya secara tepat. Pertama, menggunakan terlalu banyak media sosial.
Sebuah akun bisnis tidak perlu berada di setiap platform media sosial. Cukup fokuskan konten branding di platform dengan basis konsumen yang potensial.
Kedua, mengunggah konten terlalu berlebihan.Menyajikan konten secara rutin merupakan sebuah keharusan, namun jangan berlebihan.
Jika konten terlalu membanjiri timeline, konsumen akan merasa terganggu dan cepat bosan. Lakukan secara bertahap dan tampilkan variasi. Sehingga ada hal-hal segar yang konsumen dapatkan setiap harinya. Dan ketiga, kurang komunikatif serta terlalu kaku.
3. Tidak Menyeimbangkan Branding Produk Dengan Kualitas
Sekeras apapun usaha yang dilakukan dalam branding, jika tidak diimbangi dengan kualitas produk dan layanan yang disediakan, konsumen tidak akan bertahan pada sebuah merek.
Banyak konsumen yang tidak terpengaruh oleh janji yang diberikan dalam iklan. Menjanjikan suatu hal yang sangat besar dan mustahil justru akan menutup mata pelanggan pada sebuah bisnis.
Mereka tentu saja akan lebih memilih pada apa yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan begitu, usaha melakukan branding akan sia-sia jika tidak diiringi dengan kualitas produk yang dijanjikan.